Gambaran malaria dan kehamilan
a. Anemia
Kematian
janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksia, anemi berat,
penimbunan parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi
ataupun akibat infeksi transplasental.b.
g. Malaria serebral
Malaria serebral merupakan ensefalopati simetrik pada infeksi Plasmodium falciparum
dan memiliki mortalitas 20-50%. Sejumlah mekanisme patofisiologi
ditemukan antara lain obstruksi mekanis pembuluh darah serebral akibat
berkurangnya kemampuan deformabilitas eritrosit berparasit atau akibat
adhesi eritrosit berparasit pada endotel vaskuler yang akan melepaskan
faktor-faktor toksik dan akhirnya menyebabkan permeabilitas vaskuler
meningkat, sawar darah otak rusak, edema serebral dan menginduksi respon
radang pada dan di sekitar pembuluh darah serebral.
Ibu hamil memiliki risiko terserang malaria falciparum
lebih sering dan lebih berat dibandingkan wanita tidak hamil. Hal
tersebut berhubungan dengan supresi sistim imun baik humoral maupun
seluler selama kehamilan sehubungan dengan keberadaan fetus sebagai
benda asing di dalam tubuh ibu. Supresi sistem imun selama kehamilan
berhubungan dengan keadaan hormonal. Konsentrasi hormon progesteron yang
meningkat selama kehamilan berefek menghambat aktifasi limfosit T terhadap stimulasi antigen. Selain itu efek imunosupresi kortisol juga berperan dalam menghambat respon imun.Malaria
ibu hamil adalah malaria yang timbul selama kehamilan, yang dibuktikan
dengan adanya parasit plasmodium dalam darah, atau pada plasenta yang
dilahirkan. Kejadian infeksi malaria pada ibu hamil menjadi isu aktual
pada pemberantasan malaria di seluruh dunia terutama di negara-negara
dengan endemisitas malaria yang stabil tinggi. Malaria dalam kehamilan
memiliki dampak yang negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Malaria
berkontribusi tehadap angka kematian ibu dan bayi karena menyebabkan
risiko/komplikasi pada ibu hamil. Disebutkan risiko anemi 3-15%, bayi
berat lahir rendah (BBLR) 8-14% dan kematian bayi 3-8%.
Pengaruh Malaria Terhadap Ibu hamil
a. Anemia
Infeksi
malaria akan menyebabkan lisis sel darah merah yang mengandung parasit
sehingga akan menyebabkan anemia hemolitik normokrom. Pada infeksi
plasmodium falciparum dapat terjadi anemia berat karena semua
umur eritrosit dapat diserang. Eritrosit berparasit maupun tidak
berparasit mengalami hemolisis karena fragilitas osmotik meningkat.
Selain itu juga dapat disebabkan peningkatan autohemolisis baik pada
eritrosit berparasit maupun tidak berparasit sehingga masa hidup
eritrosit menjadi lebih singkat dan anemia lebih cepat terjadi.b. Sistim sirkulasi
Kerusakan endotel kapiler sering terjadi pada malaria falciparum yang berat karena terjadi peningkatan permeabilitas cairan, protein dan diapedesis eritrosit. Kegagalan lebih lanjut aliran darah ke jaringan dan organ disebabkan vasokonstriksi arteri kecil dan dilatasi kapiler, hal ini akan memperberat keadaan anoksi. Pada infeksi plasmodium falciparum sering dijumpai hipotensi ortostatik.
c. Edema pulmonum
Pada infeksi plasmodium falciparum, pneumonia merupakan komplikasi yang sering dan umumnya akibat aspirasi atau bakteremia yang menyebar dari tempat infeksi lain. Gangguan perfusi organ akan meningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi edema interstitial. Hal ini akan menyebabkan disfungsi mikrosirkulasi paru. Gambaran makroskopik paru berupa reaksi edematik, berwarna merah tua dan konsistensi keras dengan bercak perdarahan. Gambaran mikroskopik tergantung derajat parasitemi pada saat meninggal.
d. Hipoglikemia
Pada wanita hamil umumnya terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang menyebabkan kecenderungan hipoglikemia terutama saat trimester terakhir. Selain itu, sel darah merah yang terinfeksi memerlukan glukosa 75 kali lebih banyak daripada sel darah normal.
e. Infeksi plasenta
Pada penelitian terhadap plasenta wanita hamil yang terinfeksi berat oleh falciparum
ditemukan banyak timbunan eritrosit yang terinfeksi parasit dan monosit
yang berisi pigmen di daerah intervilli. Disamping itu juga ditemukan
nekrosis sinsisial dan proliferasi sel-sel sitotrofoblas.f. Gangguan elektrolit
Rasio natrium/kalium di eritrosit dan otot meningkat dan pada beberapa kasus terjadi peningkatan kalium plasma pada saat lisis berat. Rasio natrium/kalium urin sering terbalik.
g. Malaria serebral
Malaria serebral merupakan ensefalopati simetrik pada infeksi Plasmodium falciparum
dan memiliki mortalitas 20-50%. Sejumlah mekanisme patofisiologi
ditemukan antara lain obstruksi mekanis pembuluh darah serebral akibat
berkurangnya kemampuan deformabilitas eritrosit berparasit atau akibat
adhesi eritrosit berparasit pada endotel vaskuler yang akan melepaskan
faktor-faktor toksik dan akhirnya menyebabkan permeabilitas vaskuler
meningkat, sawar darah otak rusak, edema serebral dan menginduksi respon
radang pada dan di sekitar pembuluh darah serebral.Pengaruh Malaria Pada Janin
Malaria falciparum sangat berbahaya terutama pada trimester terakhir kehamilan diantaranya adalah:
a. Kematian janin dalam kandungan.
Kematian janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksia, anemi berat, penimbunan parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi ataupun akibat infeksi transplasental
b. Abortus
Abortus pada usia kehamilan trimester I lebih sering terjadi karena demam tinggi sedangkan abortus pada usia trimester II disebabkan oleh anemia berat.c. Persalinan prematur .
Umumnya terjadi sewaktu atau tidak lama setelah serangan malaria yang disebabkan oleh febris, dehidrasi, asidosis atau infeksi plasenta.
d. Bayi berat lahir rendah
Penderita malaria biasanya menderita anemi sehingga akan berakibat terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
Penderita malaria biasanya menderita anemi sehingga akan berakibat terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
e. Malaria kongenital.Plasenta
merupakan barier utama dari parasit malaria, dan status kekebalan ibu
berperan menghambat transmisi tersebut. Oleh sebab itu pada banyak
ibu-ibu yang non imun dan semi imun terjadi transmisi malaria
intra-uterin ke janin, sehingga menyebabkan penetrasi langsung melalui
villi chorion, separasi plasenta yang prematur, dan transfusi
fisiologis darah ibu ke sirkulasi darah janin di dalam uterus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar